Minggu, 14 Desember 2014

UNIT COST DAN ANALISIS BREAK EVEN POINT

UNIT COST
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada beberapa klasifikasi mengenai biaya. Berikut adalah beberapa pengertian beserta contoh dari klasifikasi biaya:
1. Fixed cost (biaya tetap) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Besar kecilnya biaya tetap di pengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen. Contoh: pajak bumi dan bangunan, gaji kariyawan dan asuransi.
2. Variable cost (biaya variabel) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya bahan baku, biaya iklan dan komisi untuk seorang selesman sesuai dengan levelnya.
3. Direct cost (biaya langsung) adalah biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan pengacara
4. Indirect cost (biaya tak langsung) adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. Contoh: biaya asuransi gedung yang dibayar oleh perusahaan dan biaya sewa motor.
5. Operation cost (biaya operasi) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan suatu sistem atau menjalankan sebuah sistem. Contoh: biaya gaji operator.
6. Maintenance cost (biaya perawatan) adalah biaya yang dikeluarkan untuk merawat sistem dalam masa operasinya. Contoh: biaya perawatan peralatan dan fasilitas pabrik
7. First or Investment cost (biaya investasi) adalah biaya awal yang sebelum sebuah kegiatan operasional dilakukan. Contoh: biaya investasi lahan, bahan dan mesin dalam operasional perusahaan.
8. Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi). Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed. Contoh: penambahan biaya total produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan baku.
9. Marginal cost adalah kenaikan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai akibat kenaikkan satu output. Perbedaanya dengan incremental cost adalah terletak pada aspek yang memberi perubahan pada total cost. Jika pada incremental cost perubahan total cost dipengaruhi oleh perubahan keputusan, pada marginal cost perubahan total cost dipengaruhi oleh penambahan satu unit produk atau selanjutnya. Contoh: perusahaan harus menambah anggaran biaya produksi dikarenakan adanya penambahan permintaan dari orderer yang sebelumnya memesan.
10. Unit cost adalah biaya per unit produk. Secara matematis unit cost didefinisikan sebagai nilai dari hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk (barang atau jasa) yang dihasilkan. Contoh, perusahaan dapat mengetahui informasi mengenai harga biaya per unit piece dari produk yang diproduksi melalui perhitungan unit cost.
11. Total cost (biaya total) adalah keseluruhan biaya produksi yang digunakan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu baik yang bersifat tetap maupun variabel. Contoh: perusahaan melakukan pengkalkulasian total biaya produksi yang dikeluarkan.
12. Recurring cost (biaya terulang) adalah biaya yang besarnya sama yang harus dibayarkan lagi dengan adanya tambahan suatu aktivitas yang menghasilkan produk (output) yang sama. Setiap penambahan 1 unit output, biaya yang ditanggung berulang atau bertambah sebesar biaya per unitnya. Contoh, apakah mesin photo copy digunakan atau tidak, perusahaan akan membayar uang sewa mesin photo copy sebesar Rp. 1 juta perbulannya.
13. Unrecurring cost ( biaya tak berulang) adalah biaya yang hanya muncul satu kali. Artinya, tidak ada sesuatu yang ditambahkan setelah biaya ini dikeluarkan. Contoh, biaya yang dikeluarkan untuk membeli tanah.
14. Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya ini adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat untuk melapisi pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar). Contoh, saya tertarik untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya membayar uang tanda atau down payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika, saya tertarik untuk membeli motor low rider. Saya harus membayar lunas sebesar Rp.56 juta untuk bisa mendapatkan motor tersebut. Pilihan dari kedua opsi tersebut, apakah saya membeli motor sport atau membeli motor low rider, itu tidak akan berpengaruh kepada uang tanda sebesar Rp.2 juta tadi.
15. Past cost memiliki makna sama dengan Sunk cost dimana nilainya tidak dapat dihindari dan tidak dapat diubah melalui keputusan apapun, tidak peduli akan tidakan apapun yang diambil.

BREAK EVEN POINT
Break Even Point (BEP) adalah titik impas di mana keadaan jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian.
BEP ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.
BEP memerlukan komponen penghitungan dasar seperti:
Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.
Rumus yang digunakan untuk analisis BEP ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:
Dasar Unit
Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas:BEP = FC /(P-VC)
Dasar Penjualan
Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas:FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilahMargin Kontribusi Per Unit. 
Adapun rumus untuk menghitung target laba sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

Sabtu, 29 November 2014

Capital Budgeting



Konsep capital budgeting

Penganggaran investasi (capital budgeting) adalah keseluruhan aktivitas yang berupa perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat, atau suatu aktivitas investasi di mana dikeluarkan dana untuk membentuk aktiva produktif dengan harapan untuk memperoleh manfaat di waktu yang akan datang. Aktivitas proyek in­vestasi selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan selama jangka waktu tertentu yang panjang. Setiap usul in­vestasi harus mempunyai periode tertentu, yakni kapan proyek investasi itu dimulai dan kapan proyek investasi itu berakhir.

Usul-usul investasi tersebut dapat berupa pembelian aktiva tetap penting seperti bangunan, mesin - mesin dan peralatan atau penanaman dana pada perusahaan lain dengan jalan membeli saham-sahamnya atau seperangkat aktiva yang dipat digunakan untuk kelangsungan usaha perusahaan itu. Investasi dalam aktiva tetap sering meliputi pemilihan yang komplek antara berbagai alternatif aktiva tetap, saat kapan suatu proyek akan dimulai, dan bagaimana metode pembelanjaannya. Masalah pemilihan usul-usul investasi beserta metode pembelanjaannya merupakan dua dari kebanyakan keputusan perusahaan yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kelangsungan usaha perusahaan itu.

Keputusan penganggaran investasi merupakan suatu proses yang mempunyai dua sisi. Sisi pertama, seorang fi­nancial manager harus mengevaluasi suatu proyek investa­i dengan memperhitungkan "hasil yang diharapkan" (ex­pected return) dari proyek tersebut. Pada umumnya evaluasi tersebut dimulai dengan pengeluaran kas pada awal dilakukannya proyek dan arus kas selama umur proyek terse­but. Perhitungan "hasil yang  diharapkan" tersebut misalnya dapat dilakukan dengan metode "internal rate of return" atau "net present value." Sisi kedua adalah menentukan  "hasil yang dikehendaki" (required return) dari proyek tersebut.

Kita dapat  memperhitungkan "hasil yang dikehendaki," misalnya 16%, tetapi pertanyaan yang timbul adalah apakah angka tersebut merupakan jumlah yang cukup sehingga proyek tersebut dapat diterima? Untuk menentukan apakah "hasil yang dikehendaki" tersebut cukup memadai, kita harus mengevaluasi derajat  resiko dari pro­yek itu dan kemudian harus menghitung "hasil yang dikehendaki" untuk suatu derajat resiko tertentu.

Dua metode dapat digunakan. Apabila proyek  investasi baru tersebut mempunyai derajat resiko yang kira-kira sama dengan aktivitas usaha yang ada sekarang, kita da­pat mempergunakan "biaya penggunaan  modal rata-rata" (average cost of capital). Sebaliknya apabila derajat  re­siko proyek itu berbeda dengan derajat resiko dari usaha yang ada sekarang, kita dapat mempergunakan "model penilaian investasi dalam aktiva" (capital asset pricing model).
 Payback period
Ciri dari metode penilaian ini adalah bahwa metode ini menggunakan konsep cash flow sebagai dasar perhitungannya dan tidak mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Dengan menggunakan metode pack back period sebagai metode penilaian berarti bahwa proyek yang paling cepat mengembalikan total investasi awal atau investasi permulaan (initial investment adalah dianggap proyek yang paling baik.

Kelemahan dari metode ini yang terpenting adalah sebagai berikut :
  • Metodenya tidak mempertimbangkan nilai uang yang dipengaruhi oleh waktu
  • Metode ini mengabaikan kenyataan bahwa proyek kemungkinan mempunyai arus cash in flow yang berlainan setelah masa payback period berakhir
Disamping beberapa kelemahan metode payback period memiliki beberapa kebaikan diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Metodenya sederhana
  • Alat penjaga resiko. Jika proyek dapat menerima kembali seluruh dana yang ditanam padanya dengan singkat maka itu berarti bahwa resiko mengalami kerugian adalah rendah karena kemungkinan bagi perusahaan lain untuk mendirikan proyek yang sama adalah kecil.
  • Alat penjaga likuiditas
Net present value

Net present value (NPV) metode ini adalah merupakan salah satu dari metode discounting yang bias digunakan untuk mengukur dan menganalisa proyek investasi.
Internal rate of return (IRR)
Di samping NPV dan BCR method banyak juga pimpinan perusahaan yang menggunakan internal rate of return (IRR) sebagai alat untuk mengukur atau mengevaluasi investasi – investasi yang dilakukan.
IRR method atau biasa juga dinamakan Trial and Error Method menunjukan tingkat pendapatan yang sebenarnya dari sebuah proyek. Metode IRR tidak mengurangkan gross present value (GPV) dari cash flow dari initial investment atau biasa juga dinamakan initial capital outlay melainkan mencarinya dengan trial and error.

Dengan system trial and error berarti dicoba berbagai tingkat discounting factor (DF) akan menyamakan gross present value (GPV) dengan initial investment atau initial capital outlay. Discounting factors yaitu yang akan menyamakan GPV dengan initial investment adalah merupakan IRR dari proyek bersangkutan.
Penerapan capital budgeting dalam keuangan pendidikan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah ini merupakan plafon pendanaan yang dibutuhkan dan harus disediakan serta direncanakan asal dana tersebut didapatkan. RAPBS inilah yang menjadi dasar pengelolaan managemen sekolah. Segala hal yang dilakukan oleh sekolah harus tercantumdi dalam RAPBS tersebut,jika tidak, maka kegiatan tersebut haruslah diprogramkan di tahun depannya. Untuk itulah, maka setiap sekolah menyusun RAPBS sebagai acuan kegiatan yang terkait dengan pendanaan. Sebenarnya, dengan adanya RAPBS ini, sekolah dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya dan menyeimbangkan dengan alokasi dana yang ada.

Kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Tujuan manajemen keuangan adalah:
  • Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
  • Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah
  • Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah
  • Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber -sumber dana, menempatkan bendaharawan yang  menguasai dalam pembukuan dan pertanggung- jawaban keuangan serta  memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Mulyasa, 2003:50)

Jumat, 21 November 2014

TIME VALUE OF MONEY



A.    KONSEP TIME VALUE OF MONEY

Dalam menilai suatu arus kas harus mempertimbangkan waktu dan tingkat bunga. Hal ini penting untuk membandingkan nilai uang yang diterima pada waktu yang berbeda. Seorang investor akan lebih senang menerima uang Rp 1.000.000,- hari ini daripada sejumlah uang yang sama setahun mendatang. Jika ia menerima uang tersebut hari ini, ia dapat menginvestasikan uang tersebut pada suatu tingkat keuntungan sehingga tahun mendatang uang Rp. 1.000.000,- telah menjadi lebih besar dari Rp 1.000.000,-. Dalam ekonomi konvensional itu disebut uang memiliki nilai waktu. Uang yang ada sekarang lebih disenangi daripada uang yang didapatkan pada waktu yang akan datang dalam jumlah yang sama disebut juga dengan time preference. Sebab, Rp l.000.000 yang diterima sekarang dapat menghasilkan bunga selama setahun ke depan, misalkan uang itu ditabung di bank.

Time value of money atau nilai waktu uang adalah sebuah konsep yang menyebutkan bahwa uang sebesar satu rupiah yang dapat diterima saat ini adalah lebih bernilai dibanding satu rupiah yang baru akan diterima pada waktu yang akan datang. Karena uang tersebut akan memperoleh hasil yang lebih besar bila diinvestasikan, dibanding uang yang baru dapat diterima pada masa yang akan datang.[1]
 
William R. Lasher mengemukakan bahwa time value of money didasarkan pada gagasan bahwa sejumlah uang di tangan seseorang saat ini bernilai lebih dari jumlah yang sama dijanjikan pada beberapa waktu di masa depan. [2]

Konsep dasar nilai waktu uang (time value of money) meliputi (1) nilai mendatang (future value/FV) dan (2) nilai sekarang (present value/PV). Baik nilai mendatang maupun nilai sekarang dapat dibedakan lagi menjadi nilai tunggal dan nilai anuitas. Proses perhitungan nilai mendatang disebut pemajemukan (compounding), sedangkan proses perhitungan nilai sekarang disebut pendiskontoan (discounting). Dalam manajemen keuangan, konsep nilai sekarang lebih banyak digunakan, seperti penetapan kelayakan investasi pada aktiva tetap.

 Berikut adalah beberapa contoh terapan yang tetkait dengan konsep nilai waktu dari uang;
  • Tabungan
  • Pinjaman Bank
  • Berbagai jenis kredit seperti kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, dan kredit barang konsumsi lainnya
  • Asuransi
  • Pemilihan alternatif beli atau sewa (leasing)
  • Penilaian proyek
  • Penilaian saham, obligasi, dan instrumen-instrumen keuangan lainnya
Dari berbagai contoh terapan yang digambarkan, terlihat bahwa konsep waktu dari uang menempati posisi penting dalam keuangan, baik pada aspek keuangan perseorangan, manajemen keuangan perusahaan, penilaian investasi surat-surat berharga, maupun investasi riil seperti pendirian pabrik, pembelian mesin, perluasan usaha, dan sebagainya.

Dua konsep yang digunakan dalam menghitung nilai waktu dari uang yaitu Nilai Akan Datang dan Nilai Sekarang.

1. Nilai Akan Datang/NAD (future value) sebagai nilai akumulasi yang akan diterima di masa yang akan datang sebagai hasil investasi yang akan dilakukan pada saat ini.

Uang yang ditabung hari ini (present value) akan berkembang menjadi sebesar future value karena mengalami proses bunga-berbunga (compounding). Jadi future value adalah nilai di masa mendatang dari uang yang ada sekarang. 
Rumus FV
FV = PV (1+ i) n
 Dimana :
-        FV       = besarnya pokok dan bunga pada tahun ke-n
-        P          = besarnya pokok pinjaman
-        i           = tingkat bunga
-        n          = jumlah tahun
 Contoh. Anggap tingkat bunga nominal 10% per tahun dan besarnya tetap selama tiga tahun ke depan. Jika PT A menyimpan uang sebesar Rp 100,00 pada awal tahun ke-1 saja, berapa uang perusahaan itu pada akhir tahun ke-1, ke-2, dan ke-3? Untuk menjawabnya, tempatkanlah 100 di angka 0. Gunakan rumus FV!
 
Dengan menggunakan rumus FV, besar uang PT A akhir tahun ke-1, ke-2, ke-3:

FV1= 100(1 + 10%)1= Rp110,00
FV2 = 100(1 + 10%)2= Rp121,00
FV3 = 100(1 + 10%)3= Rp133,10

Artinya, uang Rp 100,00- saat ini nilainya sama dengan Rp 133,10- tiga tahun kemudian.

2. Nilai Sekarang/NS (present value) adalah nilai hari ini dari sejumlah atau serangkaian jumlah uang di masa yang akan datang, yang dihitung melalui pendiskontoan jumlah di masa yang akan datang dengan tingkat bunga yang sesuai. Present value merupakan kebalikan dari future value  yaitu besarnya jumlah uang pada permulaan periode atas dasar tingkat bunga tertentu dari sejumlah uang yang baru akan diterima beberapa waktu atau periode yang akan datang. Jadi present value menghitung nilai uang pada waktu sekarang bagi sejumlah uang yang baru akan kita miliki beberapa waktu kemudian.[3]

Proses mencari present value disebut dengan melakukan proses diskonto (discounting). Present value dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari suatu nilai yang akan diterima atau dibayar di masa mendatang. Discounting adalah proses menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima atau dibayar di masa mendatang. Misalnya, seseorang menginginkan punya uang sebesar Rp 1.500.000 di satu tahun kemudian. Maka, berapa ia harus menabung saat ini, jika telah diketahui tingkat bunganya?

Contoh. Anggaplah PT A akan menerima uang sebesar Rp 133,10 pada akhir tahun ke-3 mendatang. Bila tingkat bunga 10% per tahun dan besarnya tetap sama tiga tahun ke depan, berapa nilai uang sebesar Rp 133,10 itu jika diterima di awal tahun sekarang? Untuk menjawabnya, tempatkanlah 133,1 di angka 3 garis waktu:

Rumus PV : 
PV = FV (1+ i) -n


Dimana:
-        FV       = Nilai yang akan datang / future value tahun ke – n
-        P          = Nilai sekarang / present value
-        i           = tingkat bunga
-        n          = jumlah tahun
Dikaitkan kembali dengan kasus PT A yang pertama, secara intuitif tentu kita sudah dapat menduga bahwa nilai sekarang (awal tahun ke-1) dari Rp 133,10 adalah Rp 100,00. Hasil itu diperoleh dengan menggunakan rumus PV:

Dengan menggunakan rumus PV, nilai sekarang dari Rp 133,10 yang akan diterima tiga tahun mendatang pada tingkat bunga 10% adalah Rp 100,00 (133,1 x (1 + 10%)-3).

Bagaimana caranya membandingkan biaya yang harus dikeluarkan saat ini (investasi) dengan pendapatan yang akan diterima kemudian? Hal ini dapat dipandang dari 2 sisi:
  • Preferensi waktu: bila A harus memilih, sekarang mendapat Rp 2juta atau 2 tahun kemudian mendapat Rp2 juta. Mana yang akan dipilih A?
  • Produktivitas: bila A harus memilih, sekarang mendapat Rp 2juta atau satu tahun kemudian mendapat Rp2,4 juta. Mana yang akan dipilih A?
B.     ANUITAS
Anuitas adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan dalam jumlah yang sama selama periode tertentu suatu aliran kas yang jumlahnya setiap tahun sama. Perbedaan anuitas dengan angsuran; Anuitas adalah suatu pembayaran yang jumlahnya sama, yang diterima atau dibayarkan pada tiap akhir periode dengan waktu yang sama untuk jumlah waktu tertentu. Sedangkan angsuran adalah suatu pembayaran dengan jumlah tertentu, yang mungkin jumlahnya dapat berbeda dan waktu dapat tidak teratur.

Ada 2 jenis dasar anuitas yaitu:
  • Anuitas biasa yaitu anuitas yang penempatannya dilakukan pada akhir periode.
  • Anuitas jatuh tempo yaitu anuitas yang penempatannya dilakukan pada awal setiap periode.
Bunga Anuitas
Bunga anuitas adalah modifikasi dari bunga efektif. Prinsip bunga anuitas hampir sama dengan bunga efektif yaitu menggunakan perhitungan bunga yang fair, yaitu bunga dihitung dari sisa pokok yang belum dibayar.

Perbedaan bunga anuitas dengan bunga efektif adalah pada jumlah angsuran per bulannya. Dalam bunga efektif, angsuran menurun sejalan dengan berkurangnya bunga; sedang dalam bunga anuitas angsuran dibuat sedemikian rupa agar sehingga tiap bulannya jumlahnya tetap.
Seperti bunga efektif, bunga anuitas biasanya dipakai pada perhitungan kredit jangka panjang misalnya KPR atau kredit usaha.

C.    PENERAPAN TIME VALUE OF MONEY DALAM PENDIDIKAN
Saat ini Denok berusia 13 tahun. 19 tahun mendatang orang tua Denok menginginkan Denok untuk mengambil kuliah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Orang tua Denok melihat total biaya kuliah sampai lulus di brosur UI adalah sebesar Rp 200.000.000,- sedangkan inflasi pendidikan adalah sebesar 10% per tahunnya. Berapakah perkiraan uang yang harus dikeluarkan orang tua Denok untuk menguliahkan Denok setelah mereka melihat brosur UI dan menghitung-hitung inflasi pendidikan?
Jawab.
FV = PV (1+ i) n
FV = 200.000.000 (1+10%) 6
FV = 200.000.000 (1,1) 6
FV = 1.320.000.000

Jadi, biaya kuliah Denok 6 tahun mendatang adalah sebesar Rp 1.320.000.000.
Orang tua Denok bisa mulai menabung di bank dengan menerapkan konsep time value of money agar 6 tahun mendatang bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 1.320.000.000 untuk biaya kuliah anaknya.
Jika menggunakan rumus present value, maka dapat ditaksir bahwa uang yang dimiliki orang tua Denok saat ini adalah sebesar:
P = 1.320.000.000 (1+10%)-6
P = 1.320.000.000 (0,5644)
P = Rp 745.105.587,7

Daftar Pustaka
  • Mardiyanto, Hardono. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan (teori, soal, dan jawaban). Jakarta: Grasindo.
  • Sundjaja, Ridwan S, Inge Barlian, 2002. Manajemen Keuangan Dua. Jakarta: Prenhallindo.
  • http://www.prudentialpusat.com/news_menghitung-biaya-pendidikan, diakses pada hari Jumat, 19 September 2014 pukul 14.00.
  • http://ikhwanmauluddin.blogspot.com/2014/02/time-value-of-money-in-islamic.html,
    diakses pada hari Jumat, 19 September 2014 pukul 14.40.


[1] Sudarsono dan Edilius, Kamus Ekonomi: Uang dan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 246.
[2] William R. Lasher, Financial Management: a Practical Approach, (USA: Thomson South-Westren, 2008), hlm. 221.
[3] Indriyo Gitosudarmo dan Basri, Manajemen Keuangan, hlm. 125.